Trenggalek,PersatuanBangsa.com
Patut berbangga, Trenggalek menjadi salah satu dari 50 kabupaten/ kota yang menjadi proyek percontohan Smart City dari Kementerian Kominfo. Pendampingan terus dilakukan, bahkan bimtek yang dilakukan sudah memasuki tahap ke-4. Semua OPD dilibatkan untuk merumuskan pendekatan Smart City yang akan diterapkan.
“Alhamdulillah hari ini teman-teman dari Kabupaten Trenggalek mendapat berkah dari Kementerian kominfo untuk menjadi bagian dari 50 kabupaten/ kota yang menjadi proyek percontohan untuk Smart City yang ada di Indonesia,” ungkap Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhamad Natanegara, saat penutupan Bimtek Smart City di Hotel Hayam Wuruk Trenggalek, Selasa (06/09/2022)
Selama 4 hari, “seluruh OPD yang ada di seluruh Kabupaten Trenggalek mengikuti Bimtek dan dibimbing untuk merumuskan pendekatan Smart City yang paling cocok untuk Trenggalek itu seperti apa,” terangnya.
Smart City ini merupakan satu konsep, bagaimana Pemerintah Kabupaten Ini bisa memberikan kemudahan layanan kepada seluruh masyarakat. Tentunya tidak lepas dari khazanah lokal yang ada di Kabupaten Trenggalek. Mengingat Kabupaten Trenggalek ini, secara topografi bermacam-macam maka kita akan merumuskan nanti yang paling bagus yang paling cocok untuk apa untuk maksimalnya pelayanan yang ada di Kabupaten.
Contohnya pelayanan adminduk, atau mungkin pelayanan pelayanan disektor perizinan dan yang lainnya. Selain dari OPD, “kita juga mengajak teman-teman masyarakat maupun pemerintah Desa, para penggiat teknologi maupun penggiat UMKM,”ungkapnya
Untuk pelaku ekonomi, menurut mantan anggota DPRD Trenggalek itu, sistem-sistem yang dianggap rumit melalui smart City akan lebih disederhanakan sehingga membantu pelaku UMKM mengakses dan pmengembangkan usahanya.
Hari Kusdaryanto, pembimbing smart city untuk Kabupaten Trenggalek dari Kementerian Kominfo menambahkan, “daerah yang smart/ yang cerdas itu, keterlibatan swasta tidak melulu CSR. Namun juga peluang-peluang ada, yang kemudian dikerjasamakan,”pungkasnya
Pada dasarnya swasta itu, ada opportunity sedikit pasti dikejar untuk menghasilkan cuan, tugas pemerintah itu memfasilitasi. Misalnya pengembangan daerah Prigi, Panggul litle Jogja, Trenggalek Creative City, ya kira-kira regulasi apa yang infrastrukturnya perlu dibangun. Insentifnya diberikan itu pasti, tapi bagaimana dengan yang non investor UMKM kita, dalam smart city ini didorongkan supaya bisa ada namanya kebijakan tentang ekonomi digital.
Bagaimana ibu-ibu di kampung atau di desa, bisa akses kepada marketplace, e-commerce. Caranya apa? ya literasi yang diajarkan. Jadi wong deso bisa dodolan. Tadi dokumen adminduk juga didekatkan, tidak perlu lagi harus ke pusat kota. Cukup di tempat tinggal, atau bahkan di daerah yang lain, bisa dilakukan sambil rebahan.
Seperti KK kalau ada tambahan anggota keluarga baru cukup lebat. Kalau masih gaptek minimal datang ke kantor desa, ada operator yang melayani.
“Nah, Intinya kalau Smart City itu gampangnya layanannya Sat Set, Wat Wet. Nggak kesuwe, tidak berbelit-belit. Anda mau keluar rumah aman, mau kemana mudah mobilitasnya, kesempatannya juga sama. Kadi Smart City tidak melalui alat-alat sensor CCTV atau ini e, ini e, tapi bagaimana warga masyarakat juga bisa menggunakan,”tutupnya (Ag/Nov)