Jakarta – PersatuanBangsa.com Perjalanan karier seorang Ganjar Pranowo yang Asyik, nyantai, nyentrik, bahkan terasa nyaman kalau bincang-bincang bersama Mas Ganjar.
Benar kalau sebagian orang menyatakan bahwa Ganjar Pranowo bukan siapa-siapa, memang.
Ganjar itu orang biasa. Bapaknya saja hanya polisi berpangkat rendah dan ibunya penjual bensin eceran. Rumahnya hanya kontrakan. Hidupnya di bawah rata-rata dengan mempunyai 5 orang saudara kandung. Jumat (07/10/2022)
Namun tekadnya yang kuat untuk meraih pendidikan ke jenjang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjahmada.
Kesukaannya membaca buku-buku Soekarno menjadikannya aktivis mahasiswa yang terlibat dalam gerakan-gerakan melawan Soeharto.
Melalui GMNI, Ganjar menjadi marhaenis sejati.
Tak heran, selepas kuliah ia memutuskan meniti karier politik dari bawah dengan nyantrik langsung pada Taufik Kiemas. Ganjar yang mengidolakan Megawati Soekarnoputri sejak mahasiswa lalu menjadi pengawal Putri Sang Proklamator itu melewati berbagai prahara politik.
Dari Peristiwa Kudatuli, lengsernya Soeharto, hingga PDI Perjuangan berhasil mengikuti pemilu pada 1999.
Tapi orang baru mengenal Ganjar saat dirinya menjadi Anggota DPR RI periode 2004-2009 dan 2009-2014. Di akhir periode kedua, Megawati menugaskannya maju di Pilgub Jateng 2013.
Begitu dilantik sebagai gubernur, Ganjar langsung menggebrak dengan memberantas berbagai pungli di sejumlah sektor. Yang paling fenomenal adalah sidak di Jembatan Timbang Subah pada 27 April 2014. Ini tidak hanya soal pungli petugas yang melibatkan uang Rp 20 ribu, tapi berefek pada terhentinya putaran uang haram di seluruh jembatan Timbang di Indonesia.
Berkat sidak Ganjar, Kementerian Perhubungan mengevaluasi sistem operasinal Jembatan Timbang menjadi modern dan bersistem digital serta terkoneksi online.
Seluruh sopir truk dari Jawa, Bali hingga Sumatera berterimakasih pada Ganjar karena membebaskan mereka dari pungli yang menggerogoti pengasilan mereka.
Gebrakan berikutnya adalah memutus jual beli jabatan di Pemprov Jateng.
Ganjar menerapkan sistem lelang jabatan yang didahului tes kompetensi.
Reformasi birokrasi di Pemprov Jateng diterapkan secara menyeluruh. Tak ada lagi setor-setoran dari bawahan ke atasan, tak ada lagi pemotongan anggaran proyek, bahkan pejabat dilarang menerima hadiah atau parcel dari bawahan serta orang lain.
Pada sektor pendidikan, Jateng kini menjadi rujukan untuk sekolah vokasi. Gara-garanya, Ganjar membangun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khusus untuk siswa miskin berprestasi. Seluruh siswanya diasramakan, seluruhnya gratis dari biaya hidup sehari-hari, seragam, buku, uang gedung, dan kegiatan belajar lainnya. Lulusan sekolah bernama SMK Jawa Tengah ini menjadi rebutan karena tak hanya berprestasi tapi juga memiliki mental, moral, dan attitude yang baik.
Jateng juga provinsi pertama yang menerapkan kurikulum pendidikan anti korupsi di sekolah-sekolah. Dengan populasi anak muda di Jateng mencapai 70 persen lebih, provinsi ini akan menjadi penyumbang terbesar untuk generasi Indonesia yang tidak permisif pada perilaku koruptif.
Berkat ini, Pemprov Jateng diganjar penghargaan antikorupsi dari KPK tiga kali berturut-turut: 2015, 2016, dan 2017.
Tahun 2020, Jateng kembali menyabet empat penghargaan dalam upaya pengelolaan LHKPN dan pengendalian gratifikasi terbaik dari KPK.
Beragam inovasi dan terbobosan Ganjar juga mengantarkan Jateng meraih juara perencanaan pembangunan terbaik dari Bappenas.
Tidak sekali, tapi dua kali berturut-turut dari 2019 hingga 2020.
Ganjar juga dikenal gubernur yang jarang ditemui di kantor.
Aktifitasnya setiap hari keliling dari kabupaten-ke kabupaten. Dari mengunjungi nelayan di pesisir hingga petani di desa pelosok, atau pucuk gunung di seluruh Jateng. Seringkali ia menginap di suatu desa, hanya untuk bisa bersilaturahmi dengan warga hingga tengah malam.
Ia punya program Ngopi Bareng. Yakni ngobrol di angkringan atau emperan rumah warga. Pesertanya beragam kalangan. Dari warga desa hingga LSM. Dari pelajar, komunitas perempuan hingga difabel. Dari situlah beragam masalah dibahas dan dicarikan solusinya.
Sejak periode pertama hingga pandemi melanda, Ganjar aktif keliling dari sekolah ke sekolah. Mungkin Ganjar adalah gubernur pertama dan satu-satunya yang aktif mengajar anak-anak dari SD hingga SMA. Selama dua jam di setiap sekolah, ia mengajarkan pengetahuan tentang ke-Indonesia-an, kepemimpinan, sejarah pendiri bangsa, budi pekerti, antikorupsi dan antinarkoba.
Pelajar betah berjam-jam bersama Ganjar karena pembelajarannya dua arah, dibungkus diskusi yang diselingi tebak-tebakan dan canda tawa.
Namun Jawa Tengah adalah provinsi yang sangat luas. Ada 35 kabupaten kota dengan populasi 36,2 juta jiwa (sensus 2020). Untuk menyapa lebih banyak warga, Ganjar memanfaatkan media sosial. Ia membagi infomasi, menyosialisasikan program kerja, menerima laporan, aduan, dan masukan dari warga.
Tengok saja twitternya. Dari laporan bencana, pelajar tak bisa bayar sekolah, ijazah siswa ditahan, warga sakit tak bisa berobat, hingga kakek terlantar di emperan toko.
Semua ia bantu dengan cepat. Ia memaksimalkan relawan TKSK untuk menindaklanjuti semua laporan itu. Tiap kali laporan masuk, relawan langsung menuju lokasi untuk meninjau kondisi sebenarnya. Jika kondisi darurat orang sakit misalnya, satu mobil ambulance langsung dikirim untuk membawa pasien ke rumah sakit terdekat.
Tapi apakah semua persoalan di Jawa Tengah terselesaikan oleh Ganjar? Tentu tidak. Gubernur punya keterbatasan kewenangan. Otonomi daerah telah membagi tugas pokok, dan fungsi setiap pejabat daerah. Ada banyak kewenangan yang tak bisa ditembus Ganjar karena peraturan perundangan.
Namun koordinasi dan komunikasi intens dengan bupati/walikota serta lobi Ganjar yang kuat di pusat inilah yang mempermudah penyelesaian persoalan. Contohnya, Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang. Belasan tahun dan tiga gubernur tak bisa menyelesaikan.
Namun ketika Ganjar datang, bandara yang sempat dicap terburuk se Nusantara itu berubah menjadi megah dan membanggakan.
Memang, bukan Ganjar yang membangun. Tapi PT Angkasapura dengan anggaran dari pemerintah pusat. Namun tanpa Ganjar yang melobi berbagai pihak, menyatukan berbagai kepentingan, dan mengerem ego masing-masing sector, bandara Semarang akan tetap begitu-begitu saja sampai sekarang.
Berkat Ganjar pula, Jateng membangun dua bandara baru.
Bandara Ngloram di Blora dan Bandara Jendal Sudirman di Purbalingga. Jalan tol Trans Jawa pun semakin cepat terlaksana. Setelah Tol dari Brebes hingga Semarang dan Semarang ke Solo tersambung, kini Ganjar mengakselerasi Tol Semarang-Demak, Tol Bawen Jogja, dan Tol Solo-Jogja. Harapannya, konektifitas yang semakin lancar akan semakin mengangkat perekonomian Jawa Tengah.
Situasi kondusif dan jaminan keamanan dari pemimpin daerah juga menarik investasi semakin banyak datang. Pernah dengar ratusan pabrik di Jabodetabek dan Jabar ramai-ramai pindah ke Jateng? Itulah efeknya. Pemerintah pusat juga mempercayakan pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang. Baru 3 bulan diresmikan, sudah ada satu pabrik kaca internasional yang memastikan membangun pabrik di Batang.
Kelak di kawasan ini akan berdiri pabrik-pabrik skala internasional yang menyedot tenaga kerja puluhan ribu dan jelas menjadi daya ungkit ekonomi luar biasa.
Di luar kerja-kerja kegubernuran, Ganjar adalah pribadi bersahaja dan religius yang akrab dengan para pemuka agama. Ganjar rutin menggelar Jateng Bershalawat, rajin mengunjungi para kyai dan habaib, membina hubungan baik dan saling menghormati dengan para Romo, pendeta, pemuka agama Buddha, Hindu, Konghucu, hingga penganut aliran kepercayaan.
Ganjar percaya, kehidupan beragama dan sosial kemasyarakatan yang baik adalah pilar kedamaian bangsa. Itulah mengapa ia sangat keras menolak intoleransi dan radikalisme. Belum ada gubernur lain, terutama di Jawa yang setegas Ganjar dalam perang melawan ideologi yang menolak Pancasila.
Namun perang ini bukan dilakukan membabi buta. Upaya melalui jalur pendidikan dan gerakan secara persuasif dikedepankan. Tentu kalian pernah menonton di medsos Ganjar ketika mengunjungi para eks narapidana terorisme bukan? Sejuk sekali melihat seorang gubernur bisa ngobrol dan bercanda dengan mereka yang dulu membuat bom dan meneror Negara.
Semua itu terjadi karena Ganjar tak pernah menganggap dirinya sebagai pejabat atau atasan. Pada bio di akun twitternya, ia menuliskan “Tuanku Ya Rakyat, Gubernur Cuma Mandat”.
Karena hakikatnya setiap pemimpin adalah pelayan masyarakat. Wabil khusus bagi Ganjar, gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah ibaratnya adalah jembatan. Dia jembatan antara pusat dan daerah, jembatan antara rakyat dan birokrat, jembatan antar kalangan dan kelompok baik agama, sosial, hingga organisasi kemasayarakatan. Jembatan untuk Jateng yang dulu tertinggal menjadi provinsi yang penuh optimisme menyambut segala perubahan.
Ganjar, Sang Jembatan Perubahan,”tutupnya (Hasnun Bima)