Polsek Cilincing Lakukan Pengamanan Silaturahmi Akbar Korban Tragedi Tanjung Priok 12 September 1984

Jakarta Utara, PersatuanBangsa.com
Kepolisian Sektor (Polsek) Cilincing melakukan kegiatan pengamanan Silaturahmi akbar mengenang korban tragedi Tanjung Priok 12 September 1984 diselenggarakan oleh Komunitas Lingkar 17, Ambulan Siputih, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-A’Raaf dan bersama beberapa element masyarakat. Bertempat di Jl. Tipar Cakung Kelurahan Sukapura Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

“Kita melakukan pengamanan kegiatan yang diadakan komunitas lingkar 17, Ambulan siputih utara dan DKM Al-A’Raaf dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat yang membutuhkan,” kata Aiptu Setiarji, Minggu (11/9/22).

Setiarji mengatakan, rutin melakukan pengamanan kegiatan masyarakat. Ada dari Kapospol Sukapura dan Polsek Cilincing yang terdekat dengan wilayah kegiatan. Selain itu petugas kepolisian juga mengatur lalulintas di area kegiatan.

“Supaya kegiatan ini berjalan dengan tertib, aman dan lancar sampai dengan selesai,” tambahnya.

Sementara Ketua Umum Komunitas Lingkar 17 Euis Chasanah, mengatakan acara ini diadakan untuk mengenang korban tragedi Tanjung Priok 38 Tahun silam serta sebagai momentum sejarah agar kejadian serupa tidak terulang kembali dimasa mendatang.

Lebih lanjut, Iko Setiawan Danwil Barisan Jawara dan Pengacara (Bang Japar) Jakarta Utara menuturkan, meski saat itu Bang Japar belum ada, namun pihaknya mendukung sepenuhnya kegiatan napak tilas korban Tragedi Tanjung Priok 12 September 1984.

Iko menambahkan, Tragedi Tanjung Priok dapat menjadi momentum untuk mengingat, mengenang, mencermati peristiwa 38 tahun silam supaya kedepan tidak ada lagi peristiwa serupa.

Salah satu Korban Peristiwa Tanjung Priok, Yusron Zaenuri menceritakan peristiwa pilu yang dialami saat itu secara detail. Ia menegaskan peristiwa itu adalah soal menolak azas tunggal pancasila saat itu sejatinya umat Islam Tanjung Priok sampai saat ini bukan untuk menolak Pancasila sepenuhnya.

“Masyarakat Tanjung Priok itu tidak pernah anti Pancasila, tetapi ketika Pancasila digunakan untuk kepentingan-kepentingan politik itulah yang kemudian menjadi penolakan dan perlu saya tegaskan bahwa masyarakat Tanjung Priok hingga saat ini tetap komitmen kepada pendiri bangsa ini, bahwa dasar negara kita adalah Pancasila,” Imbuhnya.

Yusron menjelaskan, tragedi Tanjung Priok 12 September 1984 merupakan peristiwa memilukan bagi para korban sehingga kegiatan ini merupakan pesan moral yang diberikan kepada masyarakat dan penyelenggara Negara bahwa peristiwa saat itu sangat menyakitkan,”tutupnya

Pos terkait