Kamrussamad: Ingatkan KSSK, Resesi Ekonomi timbulkan Pengangguran & kemiskinan

Jakarta,PersatuanBangsa.com
Krisis finansial global di depan mata. Pasalnya, salah satu perusahaan perbankan utama dunia, Credit Suisse tengah mengalami permasalahan modal dan likuiditas yang berpotensi memicu krisis finansial global. Harga saham perusahaan bank investasi terbesar asal Swiss pun mengalami penurunan tajam sebesar 60 persen sejak awal tahun.

Terkait hal ini, anggota DPR RI Kamrussamad, mengatakan ini alarm bagi perekonomian Indonesia. Kamrussamad juga mewanti-wanti dampak krisis finansial global terhadap peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

“Kalau krisis global terjadi, dampaknya akan membuat target penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan sulit terealisasi. Ingat, target kemiskinan yang ditetapkan pemerintah di 2023 cukup optimis, yakni 7,5 persen, dan pengangguran di 6 persen.”

“Padahal, di krisis global 2008, tingkat kemiskinan yang ditargetkan 11,5 persen di awal 2010, justru meningkat menjadi 13,5 persen. Sedangkan target tingkat pengangguran terbuka sebesar 7,4 persen.”

“Artinya, pemerintah perlu siapkan antisipasi agar dampak krisis global ini tidak berdampak besar terhadap kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Kita tidak mau kejadian 2008 terulang.”

“Risiko gagal bayar atau spread swap default Credit Suisse telah mencapai level tertinggi selama satu dekade terakhr pada Jumat pekan lalu. Hal ini lah yang menyebabkan harga sahamnya jatuh 60% sejak awal tahun. Jadi, ini tidak bisa dipandang main-main.”

“Sebab, apa yang terjadi dengan Credit Suisse saat ini, bisa menjadi pemicu krisis keuangan global. Inilah yang terjadi 2008, ketika Lehman Brothers, salah satu bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat jatuh pailit dengan utang senilai US$ 613 miliar. Krisis ini merusak sistem perekonomian bukan hanya di AS sebagai negara tempat sumber krisis melainkan meluas ke Eropa dan Asia termasuk Indonesia.”

“Karena itu, Indonesia harus segera mengantisipasi kondisi terburuk. Dampak dari krisis finansial ini menyentuh semua aspek.”

“Belajar dari krisis finansial global 2008, KSSK harus antisipasi banyak aspek. Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan. Di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).”(Rhn/wwn)

*Ir.H.Kamrussamad S.T.,M.Si*
_Anggota DPR RI Komisi XI, Fraksi Gerindra, Dapil Jakarta Utara, Jakarta Barat, Kep.Seribu._

Pos terkait